Indonesia tidak kekurangan orang pintar, hanya kekurangan orang peduli. Padahal musuh terbesar kita saat ini adalah sikap ketidakpedulian. Orang yang tidak peduli pasti mempunyai segala cara dan jawaban untuk membenarkan sikap ketidakpeduliannya. Banyak cara untuk menumbuhkan kepedulian dalam diri kita, salah satunya adalah dengan meningkatkan softskill. Saat kita berlatih untuk meningkatkan softskill dengan mencari pengalaman, maka secara otomatis rasa kepedulian kita meningkat akibat intensitas pergaulan dengan sesama. Yang perlu kita ketahui adalah bahwa softskill berbeda dengan hardskill. Hardskill dapat dipelajari, sedangkan softskill harus dilatih.
Beberapa waktu yang lalu saya beruntung bisa mendapatkan kesempatan berbagi dan peduli terhadap sesama. Ya, waktu itu saya berkesempatan mengikuti kegiatan bersama anak-anak penderita kanker. Untuk kegiatan ini hanya terbatas bagi 20 orang peserta. Sebenarnya saya bukanlah tipe orang yang pintar dalam menyesuaikan diri dengan anak-anak. Rasa ingin tahu dan kepedulian yang mendorong saya untuk mencoba mengikuti kegiatan tersebut. Namun siapa sangka, saya bisa beradaptasi dengan anak-anak super di situ. Mengapa saya katakan anak-anak super? Karena meskipun mereka mengidap suatu penyakit yang cukup mematikan, mereka tetap memiliki semangat yang luar biasa. Bukan hanya itu, mereka semua memiliki bakat-bakat yang luar biasa. Ada yang bisa bernyanyi (suaranya sangat bagus), menggambar (gambarannya sangat bagus), dan ada yang memiliki pemikiran yang sangat dewasa untuk anak seumuran dia.
Kami melakukan banyak hal bersama, mulai dari mewarnai, menggambar, menulis harapan dan cita-cita, bermain games, bernyanyi bersama, dan makan bersama. Kepedulian bukan melulu tentang materi, cukup dengan berempati kepada sesama.
Pada kesempatan kedua, saya berkunjung bersama keluarga ke sebuah panti asuhan yang bernama "Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera Utara" atau yang disingkat Yapentra. Kami berkunjung ke sana tepat di saat saya sudah bekerja beberapa bulan, dengan tujuan sedikit berbagi kebahagiaan bersama mereka. Seperti namanya, yayasan tersebut terdiri atas anak-anak tunanetra. Ketika kami tiba, mereka baru saja selesai melakukan gotong royong membersihkan komplek yayasan. Saya sangat terharu melihat semangat mereka dalam melaksanakan aktivitasnya, meskipun dengan keadaan seperti itu.
Seperti biasanya, kami mengadakan acara ibadah singkat di sana untuk selalu mengucap syukur kepada Tuhan atas kehidupan yang masih kami dapatkan. Selesai acara ibadah singkat, kami makan kue bersama di ruang makan yayasan. Ketika kami makan, ada salah satu dari adik-adik di yayasan tersebut yang mempersembahkan lagu sambil bermain piano/keyboard. Ini membuat saya semakin terharu, karena adik tersebut tidak mau dibatasi oleh kekurangannya.
Banyak pengalaman yang saya peroleh dalam kunjungan tersebut. Kita harus selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki. Jangan pernah menyerah dalam menjalani kehidupan. Sebuah kelemahan dapat menjadi kelebihan menakjubkan seseorang. The last but not least, mari berbagi dengan sesama baik materi maupun non materi. Tidak peduli besar atau kecilnya yang dapat kita bagikan. Terkadang sebuah kehadiran dari kita sudah dapat membuat seseorang merasa bahagia. Jika ingin berbagi dari segi materi, banyak sarana yang dapat kita gunakan, misalnya melalui akun-akun berbagi di media sosial ataupun melalui web seperti kitabisa.com dan wecare.id.
Pada bulan November 2019, tepatnya pada tanggal 4 November diadakan kegiatan relawan Kementerian Keuangan Mengajar 4 secara serentak di seluruh Indonesia. Kemenkeu Mengajar 4 tersebut adalah partisipasi pertama saya di Kemenkeu Mengajar yang telah dilaksanakan selama 4 tahun berturut-turut dan saya berpartisipasi di Kota Bandar Lampung. Kemenkeu Mengajar merupakan kegiatan mengajar selama satu hari yang diikuti oleh pegawai Kementerian Keuangan. Relawan yang ingin berkontribusi dalam kegiatan ini, akan diseleksi mulai dari relawan panitia daerah sampai dengan relawan pengajar. Tujuan kegiatan ini adalah mengenalkan apa itu Kementerian Keuangan, nilai-nilai apa yang dimiliki oleh Kementerian Keuangan, dan apa saja instansi yang ada di Kementerian Keuangan. Kali ini sekolah yang menjadi tempat saya adalah SD Negeri 3 kota Karang di Kota Bandar Lampung. Salah satu pengalaman unik yang saya dapatkan dari kegiatan ini adalah ketika melaksanakan sesi penulisan cita-cita oleh siswa. Ada salah satu siswa yang tidak mau menuliskan cita-citanya. Alasannya adalah dia tidak mau memiliki cita-cita, karena pengalaman dari kedua orangtuanya yang tidak bisa mencapai cita-citanya sama sekali. Saya berusaha memberikannya pengertian bahwa cita-cita itu penting dan orangtuanya sudah berusaha membiayai pendidikannya agar bisa menggapai cita-citanya. Saya yakinkan bahwa orangtuanya tidak ingin dia memiliki nasib yang sama dengan orangtuanya. Setelah diberikan pengertian lebih, akhirnya anak tersebut mau menuliskan cita-citanya dan berjanji akan berusaha keras untuk menggapai cita-citanya. Semoga apa yang seluruh relawan Kemenkeu Mengajar lakukan, dapat bermanfaat di masa yang akan datang bagi anak-anak calon penerus bangsa ini.
Pada kesempatan berikutnya, saya berbagi nasi bungkus kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti orang-orang yang berprofesi sebagai penyapu jalanan, pengumpul barang rongsokan keliling, dan lain sebagainya.
Kami melakukan banyak hal bersama, mulai dari mewarnai, menggambar, menulis harapan dan cita-cita, bermain games, bernyanyi bersama, dan makan bersama. Kepedulian bukan melulu tentang materi, cukup dengan berempati kepada sesama.
Pada kesempatan kedua, saya berkunjung bersama keluarga ke sebuah panti asuhan yang bernama "Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera Utara" atau yang disingkat Yapentra. Kami berkunjung ke sana tepat di saat saya sudah bekerja beberapa bulan, dengan tujuan sedikit berbagi kebahagiaan bersama mereka. Seperti namanya, yayasan tersebut terdiri atas anak-anak tunanetra. Ketika kami tiba, mereka baru saja selesai melakukan gotong royong membersihkan komplek yayasan. Saya sangat terharu melihat semangat mereka dalam melaksanakan aktivitasnya, meskipun dengan keadaan seperti itu.
Seperti biasanya, kami mengadakan acara ibadah singkat di sana untuk selalu mengucap syukur kepada Tuhan atas kehidupan yang masih kami dapatkan. Selesai acara ibadah singkat, kami makan kue bersama di ruang makan yayasan. Ketika kami makan, ada salah satu dari adik-adik di yayasan tersebut yang mempersembahkan lagu sambil bermain piano/keyboard. Ini membuat saya semakin terharu, karena adik tersebut tidak mau dibatasi oleh kekurangannya.
Banyak pengalaman yang saya peroleh dalam kunjungan tersebut. Kita harus selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki. Jangan pernah menyerah dalam menjalani kehidupan. Sebuah kelemahan dapat menjadi kelebihan menakjubkan seseorang. The last but not least, mari berbagi dengan sesama baik materi maupun non materi. Tidak peduli besar atau kecilnya yang dapat kita bagikan. Terkadang sebuah kehadiran dari kita sudah dapat membuat seseorang merasa bahagia. Jika ingin berbagi dari segi materi, banyak sarana yang dapat kita gunakan, misalnya melalui akun-akun berbagi di media sosial ataupun melalui web seperti kitabisa.com dan wecare.id.
Pada bulan November 2019, tepatnya pada tanggal 4 November diadakan kegiatan relawan Kementerian Keuangan Mengajar 4 secara serentak di seluruh Indonesia. Kemenkeu Mengajar 4 tersebut adalah partisipasi pertama saya di Kemenkeu Mengajar yang telah dilaksanakan selama 4 tahun berturut-turut dan saya berpartisipasi di Kota Bandar Lampung. Kemenkeu Mengajar merupakan kegiatan mengajar selama satu hari yang diikuti oleh pegawai Kementerian Keuangan. Relawan yang ingin berkontribusi dalam kegiatan ini, akan diseleksi mulai dari relawan panitia daerah sampai dengan relawan pengajar. Tujuan kegiatan ini adalah mengenalkan apa itu Kementerian Keuangan, nilai-nilai apa yang dimiliki oleh Kementerian Keuangan, dan apa saja instansi yang ada di Kementerian Keuangan. Kali ini sekolah yang menjadi tempat saya adalah SD Negeri 3 kota Karang di Kota Bandar Lampung. Salah satu pengalaman unik yang saya dapatkan dari kegiatan ini adalah ketika melaksanakan sesi penulisan cita-cita oleh siswa. Ada salah satu siswa yang tidak mau menuliskan cita-citanya. Alasannya adalah dia tidak mau memiliki cita-cita, karena pengalaman dari kedua orangtuanya yang tidak bisa mencapai cita-citanya sama sekali. Saya berusaha memberikannya pengertian bahwa cita-cita itu penting dan orangtuanya sudah berusaha membiayai pendidikannya agar bisa menggapai cita-citanya. Saya yakinkan bahwa orangtuanya tidak ingin dia memiliki nasib yang sama dengan orangtuanya. Setelah diberikan pengertian lebih, akhirnya anak tersebut mau menuliskan cita-citanya dan berjanji akan berusaha keras untuk menggapai cita-citanya. Semoga apa yang seluruh relawan Kemenkeu Mengajar lakukan, dapat bermanfaat di masa yang akan datang bagi anak-anak calon penerus bangsa ini.
Pada kesempatan berikutnya, saya berbagi nasi bungkus kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti orang-orang yang berprofesi sebagai penyapu jalanan, pengumpul barang rongsokan keliling, dan lain sebagainya.
Don't judge the book by it's cover
#KemenkeuMengajar
#KemenkeuMengajarBandarLampung
#SehariMengajarSelamanyaMemberiArti
Related Post:
Harapanku UntukmuNegeriku yang Kucinta (?)
Batu Loncatan Indonesia Sejahtera
Ingin Sukses? Ingat Filosofi Berikut
Indonesiaku Pancasilaku
Penyebab Sulitnya Memberantas Korupsi
Politik Indonesia Era Presiden Jokowi
Zona Nyaman, Nikmat yang Menghanyutkan
Judul Buku yang Saya Baca
Pemimpin yang Berhikmat
Motivasi Diri
No comments:
Post a Comment
1. Mohon cantumkan sumber jika mengutip artikel
2. Share jika bermanfaat
3. Kritik, saran, dan pertanyaan Saudara sangat saya harapkan