PENGERTIAN INCREMENTAL BUDGETING
Incremental
budgeting merupakan salah satu jenis dari anggaran tradisional. Anggaran
tradisional relatif dianggap paling tua dan banyak mengandung kelemahan.
Incremental budgeting adalah sistem anggaran pendapatan dan belanja yang
memungkinkan revisi selama tahun berjalan, sekaligus dasar penentuan periode
tahun yang akan datang.
Angka
di pos pengeluaran merupakan perubahan dari angka periode sebelumnya.
Permasalahan yang harus diputuskan bersama adalah metode kenaikan atau
penurunan (incremental) dari anggaran tahun sebelumnya. Di dalam incremental
budgeting, seluruh kegiatan yang dilaksanakan merupakan kelanjutan kegiatan
dari tahun sebelumnya.
KARAKTERISTIK INCREMENTAL BUDGETING
1. Adanya tambahan atau pengurangan anggaran pada Item sebelumnya
Dalam
incremental budgeting, item- item belanja negara tahun sekarang sama dengan
item-item belanja tahun lalu hanya terjadi perubahan pada besarnya anggaran
pada Item tersebut, yaitu bisa terjadi pertambahan anggaran maupun pengurangan
anggaran. Yang bisa mempengaruhi perubahan anggaran tersebut diantaranya adalah
inflasi dan jumlah penduduk.
2. Besarnya perubahan anggaran mengacu pada data tahun sebelumnya
Dalam menentukan besarnya perubahan anggaran
yang dijadikan pedoman adalah data-data pada tahun sebelumnya. Sebagai contoh
jika pertambahan penduduk tahun lalu bertambah maka anggaran untuk subsidi juga
bertambah. Bisa juga jika penerimaan pegawai negeri meningkat maka terjadi
perubahan anggaran terkait gaji pegawai.
3. Tambahan atau pengurangan anggaran dialokasikan ke
departemen atau organisasi sebelumnya
Incremental
merupakan ciri dari sistem anggaran
tradisional. Sistem ini cenderung tidak melakukan banyak perubahan pada pos-pos
pengeluarannya. Adanya tambahan/pengurangan dana pada suatu periode akan
dialokasikan pada pengeluaran seperti periode sebelumnya dan dilakukan oleh departemen/organisasi yang sama pula.
4. Tidak memperhatikan konsep value of money.
Incremental
budget merupakan tambahan/pengurangan dana terhadap anggaran sebelumnya.
Seringkali tambahan dana yang diberikan kepada departemen/organisasi hanya
dilakukan dengan pertimbangan yang sederhana. Tambahan dana hanya didasarkan
pada data tertentu dari tahun sebelumnya dan tidak ada kajian yang lebih
mendalam mengenai perlunya tambahan dana tersebut. Tambahan dana ini terkadang
kurang memperhatikan kemanfaatan dana (value of money). Value of money sendiri
meliputi efektifitas, efisiensi dan ekonomis dalam rangka penggunaan dana.
Apabila tidak memperhatikan
value of money maka adanya penambahan dana hanya akan menimbulkan pemborosan
belanja negara. Di akhir periode, sering terjadi kelebihan anggaran dan
pengalokasiannnya akan dipaksakan pada aktivitas yang sebenarnya tidak perlu
dilakukan agar dapat memenuhi target penyerapan anggaran.
KELEBIHAN INCREMENTAL BUDGETING
1. Solusi bagi rumitnya proses penyusunan anggaran
Incremental
budgeting merupakan solusi bagi rumitnya proses penyusunan anggaran karena
dalam menyusun anggaran dengan tipe incremental budgeting cukup mudah dan
sedernana yaitu untuk menyusun atau menentukan
berapa besarnya anggaran untuk tahun berjalan berdasarkan realisasi anggaran
pada tahun sebelumnya dengan penambahan atau pengurangan yang besarnya
disesuaikan dengan anggaran tahun sebelumnya tersebut. Alokasi sumber daya
didasarkan atas alokasi pada periode sebelumnya. Karena hal itu, maka proses
penyusunan anggaran cukup singkat dan cepat.
2. Tidak memerlukan pengetahuan baru untuk memahami program baru
Karena proses penyusunannya cukup mudah, maka tidak perlu adanya pengetahuan yang baru untuk memahami program baru. Sebab tiap tahunnya metode yang digunakan dalam penyusunan anggaran hampir sama serta perhitungannya relatif mudah dan sederhana.
3. Dapat mengurangi konflik
Semua
departemen di dalam kementerian lembaga di perlakukan dengan cara yang sama
yaitu dimana jumlah penambahan atau pengurangan anggaran pada tahun
berjalan bagi masing-masing departemen
relatif disamaratakan sehingga tidak terjadi ketimpangan alokasi anggaran antara departemen yang satu dengan departemen
yang lain, hal ini dapat mengurangi terjadi konflik antar departemen dalam
kementerian lembaga. Sehingga departemen dapat dioperasikan dengan cara yang
konsisten dan stabil untuk jangka waktu yang lama.
KELEMAHAN INCREMENTAL BUDGETING
1. Perhatian terhadap laporan pelaksanaan anggaran penerimaan dan pengeluaran sangat sedikit
Dikarenakan
pada incremental budgeting ini indikator keberhasilan hanya didasarkan pada penyerapan
dana bukan terhadap output maupun outcomenya, maka laporan-laporan pelaksanaan anggaran
penerimaan dan pengeluaran tidak terlalu diperhatikan. Yang diperhatikan hanya pada
tingkat penyerapan dananya, jika tingkat penyerapan dananya optimal, maka prestasi
instansi tersebut juga bagus dan di tahun anggaran berikutnya kemungkinan besar
anggaran akan di tambahkan.
2. Diabaikannya pencapaian prestasi realisasi penerimaan dan pengeluaran yang dianggarkan penggunaan
Kemampuan menghabiskan anggaran dijadikan sebagai indikator keberhasilan. Apa yang sering terjadi dalam praktiknya
adalah perilaku birokrat yang selalu berusaha untuk menghabiskan anggaran tanpa
terkait dengan hasil dan kualitasnya. Dengan sistem anggaran ini jelas bahwa menghabiskan
uang Negara adalah wajib, jika tidak kinerja suatu K/L atau instansi justru akan dipertanyakan.
Dalam sistem ini kegiatan menghabiskan uang sisa anggaran (terpaksa) dilakukan
demi mematuhi sebuah sistem. Padahal kegiatan menghabiskan dana ini seringkali tidak
mempunyai manfaat dan tujuan yang jelas, walaupun prestasi instansi tersebut baik
karena dapat menyerap dana anggaran dengan baik, namun dengan kemanfaatan dari penggunaan
dana anggaran tersebut dapat dikatakan bahwa dana anggaran tersebut lebih tepat
disebut pemborosan dibanding sebuah prestasi.
3. Para penyusun anggaran tidak memiliki alasan rasional dalam menetapkan target penerimaan dan pengeluaran
Pemerintah terkadang menetapkan pengalokasian
dana yang tidak rasional/masuk akal karena kurangnya pemahaman atas data dan fakta
mengenai penyusunan anggaran.
4. Sulit merumuskan metode penaikan atau penurunan yang digunakan
Pemerintah
sulit merumuskan metode penaikan atau penurunan yang digunakan karena tidak adanya
metode ataupun konsep dalam penentuan anggaran sehingga hanya dievaluasi dalam bentuk apakah dana telah habis dibelanjakan, bukan apakah tujuan telah tercapai atau belum. Pemerintah masih belum memiliki landasan dan kerangka untuk menyelenggarakan anggaran yang berbasis kinerja.
PENERAPAN INCREMENTAL BUDGETING
Incremental Budgeting diterapkan dalam APBN dengan prinsip Anggaran berimbang dan dinamis. Dalam incremental budgeting, prinsip anggaran berimbang dan dinamis itu lebih ditekankan pada dinamis-nya pertambahan anggaran bagi K/L di setiap periode. Dalam incremental Budgeting, K/L akan secara dinamis terus mengalami penambahan anggaran di setiap awal dimulainya periode, karena penentuan alokasi ditentukan oleh pemerintah pusat dengan mengacu pada realisasi anggaran tahun sebelumnya dengan sedikit peningkatan (incremental) tanpa merubah jenis atau pos belanja (line-item). Seperti yang kita ketahui, penerapan anggaran berimbang dan dinamis dulunya dipakai dalam APBN yang masih dalam format T-Account. Untuk saat ini, kita telah beralih dari format lama yaitu T-Account menjadi format baru yaitu I-Account, maka dari itu, Incremental Budget Sistem ini juga telah ditinggalkan, dan mulai beralih kepada Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK). Namun, peralihan dari format lama ke format baru tersebut tidak berarti sistem ini ditinggalkan begitu saja. Penerapan Incremental Budgeting masih dipakai sampai saat ini, khususnya dalam penentuan belanja pegawai.
No matter who you are, you have to run.
Tak peduli siapa pun engkau, engkau harus berlari.
Related post:
Sejarah dan Pengelolaan Surat Utang Negara
Implementasi Sunset Policy
Dana Desa Katalisator Pembangunan Indonesia
Latar Belakang dan Highlight (Ringkasan) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara
Persamaan dan Perbedaan UU SUN dengan UU SBSN
Peran Surat Utang Negara (SUN) dalam Pembiayaan
Contoh Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Term of Reference (TOR)
Faktor-Faktor Penyebab Fluktuatif Harga Saham
SUN dan Perbandingannya dengan Instrumen Lain
Latar Belakang Lahirnya PP Nomor 10 Tahun 2011
Desentralisasi Fiskal, Sudah Tepatkah?
Peranan Pajak dalam Pemerintahan Indonesia
Mengupas Kebijakan Tax Amnesty
No comments:
Post a Comment
1. Mohon cantumkan sumber jika mengutip artikel
2. Share jika bermanfaat
3. Kritik, saran, dan pertanyaan Saudara sangat saya harapkan